Wartawan Kehormatan

2025.06.23

Membaca artikel ini dalam bahasa yang lain
  • 한국어
  • English
  • 日本語
  • 中文
  • العربية
  • Español
  • Français
  • Deutsch
  • Pусский
  • Tiếng Việt
  • Indonesian

Penulis: Wartawan Kehormatan Hurum Maqshuro dari Indonesia
Foto: Hurum Maqshuro

Tampak halaman belakang Museum Maritim Nasional Korea yang berada di Yeongdo-gu, Busan. Selain menikmati pameran dalam museum, pengunjung juga dapat menikmati pemandangan laut di halaman museum.

Tampak halaman belakang Museum Maritim Nasional Korea yang berada di Yeongdo-gu, Busan. Selain menikmati pameran dalam museum, pengunjung juga dapat menikmati pemandangan laut di halaman museum.


Pantai dan laut merupakan pesona yang dimiliki Kota Busan. Keindahan pemandangan alamnya menjadi daya tarik utama Busan sebagai destinasi wisata bagi turis dari mancanegara.

Terletak di Yeongdo-gu, Museum Maritim Nasional Korea merupakan satu-satunya museum maritim komprehensif di Korea yang memamerkan budaya maritim, sejarah, ilmu pengetahuan, hingga program pengalaman maritim yang menarik.

Tampak depan bangunan Museum Maritim Nasional Korea di Kota Busan.

Tampak depan bangunan Museum Maritim Nasional Korea di Kota Busan.


Arsitektur bangunan museum ini menarik bahkan dilihat dari jauh. Dengan latar belakang pemandangan laut dan pelabuhan Busan, museum ini tampak menyatu dengan alam sekitarnya sehingga menciptakan suasana yang tenang sekaligus menarik perhatian.

Layar digital besar yang berada di lantai 1 Museum Nasional Maritim, Yeongdo-gu, Kota Busan.

Layar digital besar yang berada di lantai 1 Museum Nasional Maritim, Yeongdo-gu, Kota Busan.


Memasuki lantai pertama terdapat layar digital interaksi besar yang menarik pengunjung terutama anak-anak. Pengunjung dapat memilih objek tumbuhan atau hewan laut pada tablet yang disediakan, lalu mewarnainya. Setelah itu, objek laut yang telah diwarnai akan muncul di layar besar.

Penulis mencoba mewarnai ikan pemancing (anglerfish). Setelah mengklik tombol selesai, gambar ikan tersebut akan muncul pada layar digital besar.

Penulis mencoba mewarnai ikan pemancing (anglerfish). Setelah mengklik tombol selesai, gambar ikan tersebut akan muncul pada layar digital besar.


Area interaksi ini tidak hanya menjadi tempat hiburan bagi pengunjung, tetapi juga memberikan edukasi secara sederhana agar pengetahuan terkait pelestarian lingkungan laut dapat dipahami dengan mudah bagi semua kalangan.

Pada lantai dua museum ini, terdapat dua ruang pameran spesial dan museum untuk anak-anak. Sayangnya ruang pameran spesial sedang tidak dibuka untuk pengunjung karena persiapan untuk acara pameran berikutnya. Sedangkan museum untuk anak-anak adalah tempat untuk anak-anak belajar tentang laut melalui beragam pengalaman interaktif.

Akuarium besar berada di lantai 3. Pengunjung dapat melihat berbagai jenis ikan laut di sana.

Akuarium besar berada di lantai 3. Pengunjung dapat melihat berbagai jenis ikan laut di sana.


Memasuki lantai tiga, pengunjung disambut dengan akuarium yang berisi berbagai jenis ikan laut. Pengunjung bisa melihat ikan hiu, ikan pari, berbagai jenis terumbu karang, dan hewan laut lainnya. Akuarium ini berbentuk lorong yang dapat dilalui pengunjung. Tempat ini menjadi salah satu spot favorit pengunjung untuk berswafoto atau mengabadikan momen bersama pasangan atau keluarga.

Akuarium kecil yang menampilkan beberapa jenis makhluk-makhluk laut lainnya. Akuarium kecil terletak di samping akuarium besar.

Akuarium kecil yang menampilkan beberapa jenis makhluk-makhluk laut lainnya. Akuarium kecil terletak di samping akuarium besar.


Menelusuri ruang berikutnya, penulis memasuki ruang aula maritim yang merupakan salah satu ruang pameran permanen dari museum ini. Aula ini memamerkan sejarah budaya maritim Korea melalui catatan, seni, dan kehidupan sehari-hari leluhur Korea yang tinggal di tepi laut.

Kapal di atas merupakan replika Joseon Tongsinsaseon (1811) yang merupakan kapal diplomatik untuk utusan Joseon ke Jepang.

Kapal di atas merupakan replika Joseon Tongsinsaseon (1811) yang merupakan kapal diplomatik untuk utusan Joseon ke Jepang.


Sebelum memasuki ruang aula, terdapat replika Kapal Joseon Tongsinsaseon (1811) yang merupakan kapal diplomatik untuk utusan Joseon ke Jepang. Replika kapal ini memiliki skala setengah dari ukuran aslinya dan merupakan kapal terbesar dari kapal-kapal diplomatik di Korea. Joseon Tongsinsa dikirim ke Jepang sebanyak 12 kali dari tahun 1607 hingga tahun 1811 untuk membahas hubungan perdamaian dan mendorong pertukaran budaya.

Peralatan yang digunakan haenyeo saat mengambil ikan, kerang, dan rumput laut.

Peralatan yang digunakan haenyeo saat mengambil ikan, kerang, dan rumput laut.


Haenyeo adalah wanita yang menyelam tanpa peralatan apa pun untuk mengumpulkan kerang dan rumput laut. Selama Dinasti Joseon, haenyeo dikenal dengan nama jamnyeo atau jamsu. Budaya haenyeo merupakan bagian penting dari sejarah maritim di Korea yang menonjolkan nilai-nilai komunitas, ketahanan, dan keterampilan menyelam yang dinilai luar biasa.

Haenyeo diakui sebagai Warisan Budaya Takbenda Nasional dan tercantum dalam Daftar Representatif Warisan Budaya Takbenda Kemanusiaan UNESCO. Perikanan Haenyeo Jeju juga ditetapkan sebagai Warisan Perikanan Penting Nasional pertama oleh Kementerian Kelautan dan Perikanan Korea.

Foto di atas menunjukkan alat-alat tradisional yang digunakan untuk memproduksi garam di Korea pada zaman dulu.

Foto di atas menunjukkan alat-alat tradisional yang digunakan untuk memproduksi garam di Korea pada zaman dulu.


Selanjutnya terdapat ruang pameran untuk menunjukkan produksi garam laut tradisional Korea. Metode produksi garam tradisional dilakukan dengan cara menguapkan air laut secara alami menggunakan sinar matahari dan angin. Proses ini memerlukan berbagai teknik tradisional, seperti pembuatan air asin, pengendapan garam, dan pengumpulan garam olahan.

Wilayah pantai barat dan selatan Korea sangat cocok untuk membuat tambak garam karena memiliki perbedaan pasang surut yang besar dan garis pantai yang kompleks. Nilai dari metode tradisional ini telah diakui sehingga Produksi Garam Laut di Lahan Basah Sinan serta Produksi Garam Laut Gomso di Buan telah ditetapkan sebagai Warisan Perikanan Penting Nasional.

Di lantai 4, pengunjung dapat melihat berbagai alat-alat navigasi yang dipelajari dan digunakan oleh masyarakat Korea pada zaman dahulu untuk mempelajari lautan.

Di lantai 4, pengunjung dapat melihat berbagai alat-alat navigasi yang dipelajari dan digunakan oleh masyarakat Korea pada zaman dahulu untuk mempelajari lautan.


Di lantai 4 Museum Maritim Nasional Korea, terdapat aula navigasi. Aula ini memperkenalkan kapal, peralatan navigasi, dan teknologi navigasi yang dipelajari dan digunakan oleh masyarakat Korea pada zaman dahulu.

Replika kapal Jounseon (kiri) dan Panokseon (kanan) dari zaman kerajaan Goryeo.

Replika kapal Jounseon (kiri) dan Panokseon (kanan) dari zaman kerajaan Goryeo.


Sejak zaman prasejarah, Korea telah aktif dalam kegiatan maritim. Pada masa Dinasti Goryeo, Korea bahkan mendominasi jalur perdagangan Asia Timur serta menjalin hubungan dagang dengan Dinasti Song di Tiongkok dan wilayah Jepang selatan seperti Okinawa.

Selain itu, Raja Seongjong dari Goryeo memperkenalkan sistem pajak berbasis hasil panen yang mendorong perkembangan kapal Jounseon, yaitu kapal pengangkut pajak. Pada era Dinasti Joseon (1392-1910), kapal perang Panokseon diciptakan untuk melawan serangan bajak laut Jepang. Kapal ini memainkan peran penting dalam kemenangan berbagai pertempuran laut selama Perang Imjin (1592-1598), menjadikannya kapal andalan militer Joseon.

Replika skala 1:6 kapal Geobukseon yang digunakan pada masa Perang Imjin.

Replika skala 1:6 kapal Geobukseon yang digunakan pada masa Perang Imjin.


Kapal Geobukseon (kapal kura-kura) adalah kapal perang ikonik dari era Dinasti Joseon yang dikembangkan berdasar pada kapal Panokseon. Kapal ini dilengkapi dengan penutup di atas dek dan dihiasi dengan kepala naga bernama Shingwi di haluan, simbol hewan mitologis yang sakral.

Untuk meningkatkan daya tempur, awak dayung dan pasukan artileri ditempatkan di tingkat yang terpisah dalam kapal Geobukseon. Selama Perang Imjin, Geobukseon berhasil memberikan kerusakan besar kepada musuh walaupun hanya ada beberapa unit sehingga menjadikannya kapal serang utama militer Joseon.

Model replika Geobukseon yang dipamerkan pada Museum Maritim Nasional Korea merupakan replika yang dibuat pada tahun 2022 oleh Museum Akademi Angkatan Laut Korea dengan skala 1:6 dari ukuran asli kapal pada masa Perang Imjin.

Museum Maritim Nasional Korea menyajikan sejarah dan budaya maritim dengan cara yang menarik dan edukatif. Kunjungan ke museum ini tidak hanya memperkaya wawasan penulis, tetapi juga menumbuhkan apresiasi lebih terhadap sejarah dan tradisi maritim yang menghubungkan masa lalu, sekarang, dan masa depan Korea.


margareth@korea.kr

*Artikel ini ditulis oleh Wartawan Kehormatan Korea.net. Wartawan Kehormatan merupakan komunitas masyarakat dunia yang menyukai Korea dan membagikan minat mereka terhadap Korea dalam bentuk tulisan.

konten yang terkait