Penulis: Wartawan Kehormatan Denissa Dewi Chandra dari Indonesia
Korea Advanced Insitute of Science & Technology (KAIST) adalah salah satu universitas bergengsi di Korea yang merupakan kampus impian dari banyak calon mahasiswa di seluruh dunia. Jika Anda pernah menonton acara hiburan bernama University War, Anda pasti suda tidak asing lagi dengan universitas yang bernama KAIST.
Nisrina Qatrunnada merupakan seorang mahasiswi berkewarganegaraan Indonesia asal Surabaya yang memperoleh beasiswa penuh untuk menyelesaikan studi magisternya di KAIST. Dalam wawancara lewat WhatsApp, Nisrina berbagi pengalamannya sebagai mahasiswa asing di KAIST.
- Silahkan perkenalkan diri Anda.
Nama saya Nisrina Qatrunnada dan saya baru saja menyelesaikan studi di program Master of Bussiness Administration dalam bidang Techno MBA di KAIST.
- Bisakah Anda ceritakan proses hingga Anda diterima di KAIST?
Hal pertama yang saya lakukan sebelum memilih universitas yaitu fokus untuk mencari tahu mengenai jurusan yang ingin saya tuju. Saya mengecek berbagai silabus dan kurikulum dari jurusan yang saya minati di beberapa kamus. Ternyata KAIST memiliki program yang paling cocok dengan minat saya sehingga saya memilih KAIST untuk melanjutkan studi saya di jenjang magister pada bidang techno MBA.
Saya mendaftar KAIST melalui jalur beasiswa, yaitu beasiswa dari pihak KAIST, LPDP, dan Hyundai. Dengan berbagai pertimbangan, saya memutuskan untuk menggunakan beasiswa LPDP dan melepas dua tawaran beasiswa lainnya.
- Bagaimana lingkungan akademis KAIST mempengaruhi Anda?
Lingkungan akademis KAIST sangat memberikan pengaruh positif, mulai dari budaya belajar hingga cara ajar para dosennya. Para dosen tidak mengajarkan secara satu arah, tetapi mengajak para mahasiswa untuk berdiskusi sehingga para mahasiswa dapat belajar untuk berpikir kritis dan menyelesaikan masalah. Proporsi mahasiswa asing dan lokal pun seimbang sehingga kami bisa saling mempelajari budaya satu sama lain.
- Bagaimana kehidupan Anda sebagai mahasiswa Indonesia di Korea?
Saya cukup terkejut karena ternyata di Korea ada cukup banyak mahasiswa Indonesia, baik yang datang sebagai mahasiswa pertukaran, maupun yang datang sebagai mahasiswa reguler. Mahasiswa Indonesia juga memiliki citra yang cukup baik di Korea karena banyak yang menempuh studinya melalui beasiswa.
Gegar budaya yang saya alami di Korea adalah mengenai budaya kuliner. Saya sebagai seorang muslim harus beradaptasi untuk menyesuaikan makanan yang bisa saya makan karena Korea bukanlah negara dengan mayoritas muslim. Secara pribadi, saya menyukai makanan Korea yang berjenis sup, terutama saat musim dingin. Saya juga suka berwisata ke berbagai penjuru Korea selama menempuh pendidikan di Korea.
- Apa saran Anda bagi mereka yang ingin melanjutkan pendidikan ke Korea lewat jalur beasiswa?
Jurusan yang saya ambil memang menggunakan bahasa Inggris sebagai bahasa pengantar, tetapi saya tetap belajar bahasa Korea karena bahasa Korea digunakan dalam percakapan sehari-hari. Korea bukanlah sebuah negara yang menggunakan bahasa Inggris sebagai bahasa utamanya sehingga jika kita memutuskan untuk datang ke Korea, maka lebih baik jika kita mempersiapkan diri untuk mengetahui bahasa Korea dasar.
- Bisakah Anda memberikan pesan untuk para pelajar Indonesia yang masih berjuang untuk menyelesaikan pendidikannya di Korea?
Jangan putus semangat! Saya percaya kalau semua dosen di Korea pasti akan profesional dan teliti sehingga akan berpengaruh baik ke penelitian kita. Jangan lupa juga untuk mengimbangi studi kalian dengan bermain dan berkumpul bersama teman-teman.
margareth@korea.kr
*Artikel ini ditulis oleh Wartawan Kehormatan Korea.net. Wartawan Kehormatan merupakan komunitas masyarakat dunia yang menyukai Korea dan membagikan minat mereka terhadap Korea dalam bentuk tulisan.