Penulis: Wartawan Kehormatan Hanum Nur Aprilia dari Indonesia
Foto: Hanum Nur Aprilia
Ketika mendengar nama Pulau Jeju, bayangan tentang pantai berpasir putih dan ombak biru di musim panas mungkin langsung terlintas. Namun, Jeju juga memiliki pesona yang tak kalah memukau saat musim dingin tiba. Musim ini menawarkan pesona unik yang tak dapat ditemukan di waktu lainnya.
Salah satu pengalaman yang tidak boleh dilewatkan adalah mendaki Gunung Hallasan yang menjulang megah di pusat Pulau Jeju. Saat musim dingin, gunung ini berubah menjadi surga putih dengan salju yang menyelimuti jalur pendakian dan pepohonan.
Gunung Hallasan merupakan puncak tertinggi di Republik Korea dengan ketinggian 1.947 meter. Gunung ini terbentuk dari aktivitas vulkanik yang menciptakan lanskap megah khas Jeju. Gunung Hallasan adalah simbol alam Jeju serta menjadi rumah bagi ribuan spesies flora dan fauna. Kawah Baengnokdam di puncaknya dipercaya sebagai tempat para dewa beristirahat sehingga menambah nilai spiritual bagi penduduk lokal.
Pendakian ke Gunung Hallasan di musim dingin adalah pengalaman luar biasa. Sayangnya, rencana penulis untuk mencapai puncak tidak berjalan mulus. Dingin yang menusuk ketika hujan salju mulai turun di tengah pendakian dan kurangnya persiapan pakaian membuat penulis tidak mampu melanjutkan perjalanan hingga ke puncak.
Meski begitu, penulis tidak merasa kecewa. Di area awal pendakian, hamparan salju sudah cukup untuk menciptakan kebahagiaan karena ini adalah pertama kalinya penulis melihat dan merasakan salju. Bermain lempar bola salju, membuat orang-orangan salju, dan menikmati keindahan lanskap putih adalah pengalaman yang tak terlupakan bagi penulis.
Dari keajaiban salju, perjalanan berlanjut ke Camellia Hill, sebuah taman bunga yang luas dengan lebih dari 6.000 pohon kamelia. Bunga kamelia memiliki sejarah panjang di Jeju sehingga dikenal sebagai simbol kecantikan dan daya tahan karena bunga tersebut tetap mekar meski di tengah musim dingin. Warna cerah dari bunga-bunga ini menciptakan kontras indah dengan lanskap musim dingin yang biasanya monokrom.
Taman ini memiliki sejarah yang menarik, yaitu didirikan pada tahun 1985 oleh seorang warga lokal yang ingin melestarikan pohon kamelia sebagai simbol Jeju. Kini, Camellia Hill menjadi salah satu destinasi turisme ikonik di pulau ini yang menarik pengunjung dari berbagai belahan dunia. Selain menikmati bunga, pengunjung bisa bersantai di kafe atau berfoto di berbagai sudut taman yang dirancang estetik.
Ketika sedang mengagumi keindahan bunga kamelia, perhatian penulis teralihkan oleh beberapa pengunjung melemparkan koin ke arah kolam. Rupanya, ada keyakinan bahwa jika koin berhasil mendarat di batu yang berada di tengah kolam, keberuntungan akan menyertai pelemparnya. Didorong rasa penasaran, penulis pun ikut mencoba, tetapi keberuntungan belum berpihak dan koin 500 won milik penulis akhirnya tenggelam ke dasar kolam.
Untuk opsi penginapan, penulis mencoba glamping untuk menikmati petualangan musim dingin dengan cara yang santai dan nyaman. Glamping adalah bentuk kemah modern yang jauh lebih nyaman dibandingkan berkemah tradisional di tenda. Kata glamping sendiri berasal dari perpaduan kata ‘glamour’ dan ‘camping’ dalam bahasa Inggris yang bermakna ‘kemah glamor’.
Banyak lokasi glamping di Jeju berada di Seogwipo, yaitu area selatan pulau yang terkenal dengan pesona alamnya. Berbeda dari Kota Jeju di utara yang cenderung lebih sibuk, Seogwipo menawarkan suasana yang lebih damai dengan hamparan perkebunan tangerine yang luas.
Tangerine atau jeruk keprok adalah buah khas Jeju yang menjadi kebanggaan masyarakat lokal. Di musim dingin, buah ini mencapai masa panen terbaiknya sehingga menjadikan perkebunan jeruk keprok terlihat seperti lautan warna oranye yang menyegarkan mata. Jeruk keprok bukan hanya menjadi komoditas utama Jeju, tetapi juga sering diolah menjadi produk seperti teh, selai, hingga kosmetik alami sehingga kehadirannya sangat erat dengan identitas pulau ini.
Di tengah kebun jeruk, tenda-tenda glamping berbentuk seperti iglo menciptakan suasana musim dingin yang menawan. Dengan interior yang rapi dan fasilitas lengkap seperti tempat tidur empuk, pemanas ruangan, dan kamar mandi pribadi, pengalaman menginap terasa nyaman seperti di hotel. Selain itu, terdapat pula area teras yang bisa pengunjung gunakan sebagai area makan atau barbeku.
Jeju di musim dingin bukan hanya tentang hawa dingin dan salju, tetapi juga tentang bagaimana alam tetap menunjukkan pesonanya dengan cara yang berbeda. Dari Gunung Hallasan yang berselimut salju, bunga kamelia yang bermekaran indah, hingga glamping di tengah kebun jeruk. Musim dingin di Jeju menawarkan pengalaman yang penuh warna dan cerita.
margareth@korea.kr
*Artikel ini ditulis oleh Wartawan Kehormatan Korea.net. Wartawan Kehormatan merupakan komunitas masyarakat dunia yang menyukai Korea dan membagikan minat mereka terhadap Korea dalam bentuk tulisan.