Penulis: Wartawan Kehormatan
Hanum Nur Aprilia dari
Indonesia
Foto:
Hanum Nur Aprilia
Pada Jumat (22/11/24) Korean Cultural Center Indonesia (KCCI) dan Kedutaan Besar Republik Korea menghadirkan "The Korean War Memorial Concert: Konser Persahabatan Korea-Indonesia" di Ciputra Artpreneur, Jakarta. Konser yang diadakan untuk memperingati Perang Korea ini merupakan wujud penghormatan atas solidaritas negara-negara yang mendukung Korea selama Perang Korea (1950-1953). Acara ini juga menyoroti ikatan persahabatan yang terus berkembang antara Korea dan Indonesia.
"The Korean War Memorial Concert" merupakan acara tahunan yang diselenggarakan oleh The Patriotic Cultural Association.
Sejak tahun 2009, "The Korean War Memorial Concert" diselenggarakan oleh The Patriotic Cultural Association di Korea dan negara-negara peserta Perang Korea, seperti Amerika Serikat, Prancis, Australia, Selandia Baru, dan Filipina. Tahun ini, Indonesia dan Thailand mendapat kehormatan menjadi tuan rumah.
Kehadiran Indonesia sebagai tuan rumah tidak hanya menjadi simbol persahabatan yang erat, tetapi juga mengingatkan pada kontribusi bersejarahnya dalam mendukung Korea pasca perang. Saat itu, meskipun hubungan diplomatik resmi belum terjalin, Indonesia memainkan peran penting dengan menyerukan kebebasan Korea di forum internasional dan memberikan bantuan finansial yang menjadi fondasi awal hubungan kedua negara.
Konser ini menghadirkan penampilan dari Republic of Korea (R.O.K) NAVY Symphonic Band, kelompok musik angkatan laut Korea yang telah dikenal secara internasional yang berkolaborasi dengan Orkestra Tentara Nasional Indonesia Angkatan Laut (TNI AL Orchestra). Kolaborasi ini tidak hanya menampilkan musik yang memukau tetapi juga mencerminkan semangat persahabatan dan kerja sama antara kedua negara.
Konser ini menghadirkan momen refleksi mendalam bagi para tamu undangan, termasuk duta besar dari berbagai negara peserta Perang Korea yang hadir malam itu.
Acara dimulai dengan megah melalui pembawaan lagu kebangsaan Korea dan Indonesia, dipimpin oleh Letnan Yu-Kwang sebagai konduktor yang dilanjutkan dengan lagu "A Festival Prelude" sebagai lagu pembuka. Suasana emosional segera terasa saat lagu "Memories of Korean War" dimainkan dengan mengingatkan pada pengorbanan besar yang terjadi selama Perang Korea.
Sorotan lain adalah penampilan penyanyi soprano Lee Sei-hee yang membawakan lagu "Main Herr Marquis" dan harmoni indah dari penyanyi bariton Yang Jae-won dan bas Jang Min-Seok dalam lagu klasik "Adagio" yang mendapatkan apresiasi hangat dari penonton.
Lagu "Incheon" yang mengenang Operasi Pendaratan Incheon pada Perang Korea menghadirkan latar video ilustrasi mengenai situasi saat operasi berlangsung.
Lagu "Incheon" menjadi salah satu momen paling menyentuh malam itu. Operasi Pendaratan Incheon yang dikenal juga sebagai Operation Chromite merupakan salah satu misi militer paling signifikan dalam Perang Korea. Pada September 1950 operasi ini dipimpin oleh Jenderal Douglas MacArthur untuk merebut kembali wilayah strategis dari pasukan Republik Demokratik Rakyat Korea. Keberhasilan pendaratan ini menjadi titik balik penting yang membuka jalan bagi pasukan sekutu untuk memulihkan wilayah Republik Korea.
Dalam konser, lagu "Incheon" yang mengenang momen bersejarah tersebut membangun suasana tegang dengan iringan video yang menggambarkan situasi perang. Melodi yang berubah menjadi penuh semangat di akhir lagu mencerminkan sukacita atas keberhasilan operasi dengan meninggalkan kesan mendalam bagi penonton yang hanyut dalam kisah perjuangan tersebut.
Melodi indah dan irama penuh energi membawa suasana menjadi ceria dan hidup.
Kolaborasi lintas budaya terlihat jelas saat "Satu Nusa Satu Bangsa" dibawakan oleh penyanyi dari angkatan laut kedua negara bersama Lee Sei-hee. Pelafalan bahasa Indonesia yang sempurna oleh para penyanyi Korea dalam lagu tersebut membuat penonton terkagum dan memberikan apresiasi tinggi.
Tidak hanya itu, konser ini juga menyuguhkan pertunjukan solo yang memukau, seperti seruling oleh Lee Hyo-jung dalam "Sonata Latino" dan alto saksofon oleh Cho Won-chul dalam lagu "September" yang disambut meriah oleh para penonton.
Navy Blue Sticks, kelompok perkusi angkatan laut Korea, menambah warna dengan kombinasi drum modern dan tradisional. Sorak penonton menggema saat kelompok ini menunjukkan teknik permainan yang memukau dengan ditambah elemen kejutan dari trik-trik drum yang atraktif dalam membawakan lagu "In the Stone."
Selain menghadirkan musik orkestra, konser ini juga memperkenalkan budaya tradisional Korea melalui lagu "Arirang Wander."
Warisan budaya Korea juga mendapatkan tempat istimewa melalui penampilan "Arirang Wander" yang memadukan musik tradisional dan orkestra lengkap dengan penampilan tari tradisional yang enerjik. Dua penari
pungmul berhasil menghidupkan suasana melalui sajian akrobatik yang disusul oleh penampilan
sajanoreum, yaitu salah satu jenis pertunjukan topeng tradisional Korea yang menampilkan gerakan tarian singa dengan menunjukkan keindahan budaya Korea yang tak lekang oleh waktu.
"Arirang" merupakan lagu rakyat tradisional Korea yang melambangkan identitas budaya bangsa dan ditetapkan sebagai Warisan Budaya Penting Takbenda oleh Administrasi Warisan Budaya Korea pada 14 Juli 2015. Penetapan ini mencakup semua variasi "Arirang", baik versi asli maupun yang populer. Sebelumnya, "Arirang" telah diakui sebagai Warisan Budaya Takbenda Umat Manusia oleh UNESCO pada tahun 2012.
Penampilan yang memukau penonton melalui perpaduan musik orkestra yang mengiringi lagu patriotik lintas budaya.
Sebagai penutup, lagu patriotik "My Country My Nation" dibawakan dengan khidmat. Namun, antusiasme penonton yang tinggi membuat Letnan Yu-Kwang kembali ke panggung dan memimpin orkestra untuk mempersembahkan lagu kejutan berupa "APT." yang dipopulerkan oleh Rosé dan Bruno Mars. Alunan lagu yang diiringi penampilan tari tradisional dan aksi
sajanoreum yang turun ke tengah penonton menciptakan momen penuh kemeriahan dan kebersamaan.
Ketika acara ditutup dengan "Midnight Serenade" dan "Jalesveva," penonton disuguhi penghormatan terakhir dari para musisi. Acara malam itu menjadi pengingat akan pentingnya solidaritas dan kerja sama dalam membangun masa depan yang damai.
Seusai acara, penonton dengan antusias mengantre untuk berfoto bersama para bintang acara.
Acara "The Korean War Memorial Concert" menjadi pengingat akan perjuangan dan solidaritas yang membangun hubungan Korea dan Indonesia. Melalui harmoni musik, kedua bangsa tidak hanya mengenang masa lalu yang penuh tantangan, tetapi juga merayakan perjalanan panjang persahabatan yang terus membawa harapan akan masa depan yang damai dan penuh makna.
sofiakim218@korea.kr
*Artikel ini ditulis oleh Wartawan Kehormatan Korea.net. Wartawan Kehormatan merupakan komunitas masyarakat dunia yang menyukai Korea dan membagikan minat mereka terhadap Korea dalam bentuk tulisan.