Kebudayaan

2025.09.05


Sebanyak 12 wartawan asing dari 10 negara menginap di Gyeongju, Provinsi Gyeongsangbuk, selama enam hari untuk meliput persiapan kota tersebut menjelang KTT Kerja Sama Ekonomi Asia Pasifik (APEC).

Sebanyak 12 wartawan asing dari 10 negara menginap di Gyeongju, Provinsi Gyeongsangbuk, selama enam hari untuk meliput persiapan kota tersebut menjelang KTT Kerja Sama Ekonomi Asia Pasifik (APEC).



Penulis: Jeon Misun
Foto: Jeon Misun

Kota Gyeongju, ibu kota kuno Kerajaan Silla selama seribu tahun, kini berdiri tegak sebagai pusat panggung diplomasi dunia. Para menteri dan pakar bidang kebudayaan dari negara-negara anggota Kerja Sama Ekonomi Asia Pasifik (APEC) berkumpul di Gyeongju untuk menghadiri Dialog Tingkat Tinggi Kerja Sama Ekonomi Asia Pasifik (APEC) tentang Budaya dan Industri Kreatif yang dibuka pada tanggal 26 Agustus 2025.

Sebanyak 12 wartawan asing dari 10 negara juga menginap di Gyeongju selama enam hari lima malam untuk meliput konferensi, sekaligus mengunjungi situs Warisan Dunia UNESCO, termasuk Kuil Bulguksa dan Observatorium Cheomseongdae serta fasilitas industri. Berdasarkan kesan mereka selama berada di Gyeongju, para wartawan tersebut melaporkan persiapan KTT APEC dan daya tarik kota Gyeongju dari berbagai sudut pandang.

Park Jang Ho, Direktur Kantor Persiapan dan Dukungan APEC, pada tanggal 27 Agustus 2025 menjawab pertanyaan dari para wartawan asing di Hotel Hilton Gyeongju mengenai status persiapan KTT APEC.

Park Jang Ho, Direktur Kantor Persiapan dan Dukungan APEC, pada tanggal 27 Agustus 2025 menjawab pertanyaan dari para wartawan asing di Hotel Hilton Gyeongju mengenai status persiapan KTT APEC.



"Bahkan kota kecil pun bisa menjadi tuan rumah APEC."

"Ini akan menjadi kasus pertama yang mematahkan stereotip bahwa hanya kota besar dapat menjadi tuan rumah APEC," ujar Supawit Jianrungsaeng dari harian Thailand Matichon.

Ia mengatakan, "Awalnya, saya khawatir apakah kota kecil seperti Gyeongju mampu menyelenggarakan KTT internasional mengingat besarnya tenaga kerja dan sumber daya yang dibutuhkan."

Setelah meninjau lokasi KTT, ia menambahkan, "Infrastruktur, termasuk akomodasi dan transportasi telah tersedia dengan baik dan sepenuhnya siap untuk menyelenggarakan konferensi internasional."

"Gyeongju sudah dikenal luas oleh masyarakat dunia berkat warisan budayanya yang kaya serta budaya pop. APEC akan menjadi panggung simbolis bagi Korea untuk menunjukkan soft power-nya," ujarnya.

Supawit Jianrungsaeng (kiri) dari harian Thailand Matichon dan Filipe Lopes Barini (kanan) dari surat kabar Brasil O Globo.

Supawit Jianrungsaeng (kiri) dari harian Thailand Matichon dan Filipe Lopes Barini (kanan) dari surat kabar Brasil O Globo.



"Diplomasi budaya adalah aset strategis dari soft power."'


Filipe Lopes Barini dari surat kabar Brasil O Globo mengatakan, "Melalui dialog ini, Korea telah menunjukkan dirinya sebagai kekuatan budaya yang melampaui K-pop dan drama dengan sejarah serta warisan budaya selama 5.000 tahun. Hal itu sendiri menyampaikan pesan yang kuat."

Mengenai nilai strategis dari diplomasi budaya, ia menyatakan, "Budaya adalah jembatan yang menghubungkan negara-negara di tengah era penuh tantangan kompleks, termasuk ketidakstabilan politik, konflik, dan krisis iklim."

Menyoroti persiapan Gyeongju untuk KTT APEC, ia mengatakan, "Saya sangat terkesan dengan promosi yang merata di seluruh kota serta partisipasi aktif masyarakat."

Terkait penampilan terbaru Presiden Lee Jae Myung di televisi bersama grup idola K-pop TWICE, ia menambahkan, "Itu bukan sekadar tindakan mencari popularitas, melainkan sebuah adegan simbolis yang secara strategis memanfaatkan diplomasi budaya."

Arjun Samar Mahendran (kiri) dari NDTV India pada tanggal 27 Agustus 2025 mewawancarai Park Jang Ho (tengah), Direktur Kantor Persiapan dan Dukungan APEC, di Hotel Hilton Gyeongju.

Arjun Samar Mahendran (kiri) dari NDTV India pada tanggal 27 Agustus 2025 mewawancarai Park Jang Ho (tengah), Direktur Kantor Persiapan dan Dukungan APEC, di Hotel Hilton Gyeongju.



"Sebuah mini mikrouniverse yang mempertemukan masa lalu, masa kini, dan masa depan."

Arjun Samar Mahendran dari NDTV India menyebut Gyeongju sebagai 'kota mirip asteroid.'

"Berada di Gyeongju terasa seperti melakukan perjalanan melintasi waktu karena kami seakan memasuki 1.000 tahun sejarah Silla lalu kembali ke kehidupan modern," ujarnya.

Ia menilai, "Gyeongju adalah ‘mini mikrouniverse’ yang merangkul sejarah dan tradisi gemilang, gaya hidup kontemporer, serta teknologi mutakhir. Kota ini tidak hanya menampilkan masa lalu, tetapi juga masa kini dan masa depan."

Ia menambahkan, "Saya berharap kesan ini dapat dibagikan kepada para pemimpin dunia pada KTT APEC di Gyeongju."

msjeon22@korea.kr

konten yang terkait