Kebudayaan

2024.02.29

Tanggal 1 Maret 1919 merupakan hari saat Proklamasi Kemerdekaan Korea diumumkan untuk membebaskan diri dari penjajahan Jepang serta memberitahukan kepada dunia mengenai keinginan masyarakat Korea untuk merdeka. Foto di atas menunjukkan para siswa yang melambaikan bendera nasional Korea dalam acara dalam acara Seodaemun, Tangisan Hari Itu Tahun 1919 (terjemahan tidak resmi) yang menjadi acara peringatan Hari Gerakan Kemerdekaan Satu Maret yang digelar pada tanggal 1 Maret 2023 di Balai Sejarah Penjara Seodaemun, Seodaemun-gu, Seoul. (Kantor Pemerintah Seodaemun-gu)

Tanggal 1 Maret 1919 merupakan hari saat Proklamasi Kemerdekaan Korea diumumkan untuk membebaskan diri dari penjajahan Jepang serta memberitahukan kepada dunia mengenai keinginan masyarakat Korea untuk merdeka. Foto di atas menunjukkan para siswa yang melambaikan bendera nasional Korea dalam acara "Seodaemun, Tangisan Hari Itu Tahun 1919 (terjemahan tidak resmi)" yang menjadi acara peringatan Hari Gerakan Kemerdekaan Satu Maret yang digelar pada tanggal 1 Maret 2023 di Balai Sejarah Penjara Seodaemun, Seodaemun-gu, Seoul. (Kantor Pemerintah Seodaemun-gu)



Penulis: Yoon Seungjin

Tanggal 1 Maret 1919 merupakan hari bersejarah saat Proklamasi Kemerdekaan Korea diumumkan untuk membebaskan diri dari penjajahan Jepang serta memberitahukan kepada dunia mengenai keinginan masyarakat Korea untuk merdeka. Pada hari itu, gerakan kemerdekaan juga terus berlanjut secara nasional.

Gerakan Kemerdekaan Satu Maret berkembang hingga keluar Korea dan berperan penting dalam menyebarkan gerakan perlawanan terhadap pemerintah kolonialisme. Gerakan tersebut berlangsung melalui demonstrasi yang damai dan tanpa kekerasan.

Gerakan ini mendorong berbagai gerakan kemerdekaan damai di negara-negara tetangga, seperti Gerakan 4 Mei di Tiongkok dan Pawai Garam di India.

Pemerintahan Sementara Republik Korea menetapkan Hari Gerakan Kemerdekaan Satu Maret sebagai Hari Proklamasi Kemerdekaan Korea pada tahun 1920 dan menetapkannya sebagai hari peringatan nasional.

Pemerintah Korea memperingati gerakan kemerdekaan tersebut pada tanggal 1 Maret setiap tahunnya dan berbagai daerah di Korea mengadakan reka ulang gerakan kemerdekaan pada hari itu.

Korea.net merekomendasikan tiga tempat bersejarah yang layak dikunjungi oleh wisatawan asing dan penduduk asing untuk memperingati Hari Gerakan Kemerdekaan Satu Maret. Tempat-tempat berikut ini direkomendasikan oleh guru sejarah Korea, Choi TaeSung serta Dosen Sejarah Modern dan Kontemporer Korea di Universitas Sogang, Jeong Ilyeong.


1. Taman Tapgol di Seoul


Taman Tapgol yang terletak di Seoul merupakan taman dalam kota pertama di Korea. Taman ini menjadi tempat dimulainya Gerakan Kemerdekaan Satu Maret yang menjadi gerakan perlawanan skala besar terhadap pemerintah kolonial Jepang. Proklamasi Kemerdekaan Korea dibacakan pada tanggal 1 Maret 1919 di Paviliun Palgakjeong yang terletak di dalam Taman Tapgol. (Badan Administrasi Warisan Budaya Korea)

Taman Tapgol yang terletak di Seoul merupakan taman dalam kota pertama di Korea. Taman ini menjadi tempat dimulainya Gerakan Kemerdekaan Satu Maret yang menjadi gerakan perlawanan skala besar terhadap pemerintah kolonial Jepang. Proklamasi Kemerdekaan Korea dibacakan pada tanggal 1 Maret 1919 di Paviliun Palgakjeong yang terletak di dalam Taman Tapgol. (Badan Administrasi Warisan Budaya Korea)


Taman Tapgol yang terletak di dalam Kota Seoul menjadi taman dalam kota pertama di Korea serta menjadi lokasi lahirnya Gerakan Kemerdekaan Satu Maret.

Banyak pelajar dan warga yang menunggu kedatangan 33 orang pemimpin gerakan kemerdekaan di Taman Tapgol pada tanggal 1 Maret 1919 pukul 14:00.

Akan tetapi 33 orang tersebut membacakan Proklamasi Kemerdekaan Korea di tempat lain, bukan di Taman Tapgol, karena menghindari pengawasan pemerintah kolonial Jepang.

Karena para pemimpin tersebut tidak datang juga, seorang remaja naik ke atas Paviliun Palgakjeong lalu mulai membacakan teks Proklamasi Kemerdekaan Korea.

Setelah itu, semua orang yang hadir meneriakkan, "Hidup Kemerdekaan Korea!" sambil turun ke Jalan Jongno. Inilah awal dari Gerakan Kemerdekaan Satu Maret.

Choi menjelaskan, "Upacara proklamasi kemerdekaan yang terjadi di Taman Tapgol berfokus pada pelajar dan warga sehingga memiliki makna yang penting. Gerakan ini dimulai di Seoul lalu menyebar ke seluruh wilayah Korea sehingga suara yang meneriakkan, 'Merdeka!' terdengar di dalam dan luar Korea."

Pengunjung bisa merasakan suasana Gerakan Kemerdekaan Satu Maret di dalam Taman Tapgol melalui Monumen dan Mural Gerakan Kemerdekaan Satu Maret serta patung Son Byong-hui yang mendorong pembacaan teks Proklamasi Kemerdekaan Korea.



2. Balai Sejarah Penjara Seodaemun


Penjara Seodaemun adalah penjara yang dibangun oleh Jepang untuk memperkuat invasi mereka terhadap Korea. (Badan Administrasi Warisan Budaya Korea)

Penjara Seodaemun adalah penjara yang dibangun oleh Jepang untuk memperkuat invasi mereka terhadap Korea. (Badan Administrasi Warisan Budaya Korea)


Penjara Seodaemun adalah penjara yang dibuka oleh Kekaisaran Jepang pada tahun 1908 untuk memperkuat invasi Jepang ke Kekaisaran Korea.

Para pejuang kemerdekaan Korea banyak yang ditangkap lalu dijebloskan ke penjara ini lalu mendapatkan penyiksaan. Penjara ini beroperasi hingga Korea merdeka pada tahun 1945.

Beberapa pejuang kemerdekaan Korea yang pernah dipenjarakan di Penjara Seodaemun adalah Kim Koo, Kang Woo-kyu, dan Ryu Gwan-sun.

Bahkan Ryu sempat memimpin gerakan kemerdekaan bersama para pejuang kemerdekaan wanita yang dipenjara. Saat itu, mereka merayakan satu tahun peringatan Gerakaan Kemerdekaan Satu Maret yang jatuh pada tanggal 1 Maret 1920.

Ryu wafat di Penjara Seodaemun pada tanggal 28 September 1920, hanya dua hari sebelum ia keluar dari penjara.

Balai Sejarah Penjara Seodaemun adalah sebuah balai sejarah yang mengenai gerakan kemerdekaan Korea pada masa Penjajahan Jepang sehingga para pengunjung bisa merasakan keadaan reka ulang rasa pedih masyarakat Korea pada masa penjajahan tersebut.

Para pengunjung bisa melihat peninggalan dan kartu catatan penjara milik para pejuang kemerdekaan serta mencoba reka ulang kehidupan penjara pada masa itu.

Balai Sejarah Penjara Seodaemun akan menyelenggarakan acara bertajuk "Seodaemun, Tangisan Hari Itu Tahun 1919 (terjemahan tidak resmi)" pada tanggal 1-2 Maret mendatang di Pintu Dongnimmun untuk memperingati 105 tahun Gerakan Kemerdekaan Satu Maret.


3. Situs Bersejarah Gerakan Kemerdekaan Satu Maret di Jeam-ri, Hwaseong


Jeam-ri yang saat ini berada di Kota Hwaseong merupakan tempat di mana para pejuang kemerdekaan Korea dibantai dengan sangat kejam oleh polisi dan tentara pemerintah kolonial Jepang. Foto di atas menunjukkan monumen peringatan para pahlawan yang wafat pada Gerakan Kemerdekaan Satu Maret. Monumen ini dibangun di dekat situs Gereja Jeam yang menjadi tempat terjadinya pembantaian masyarakat sipil di Jeam-ri dan Goju-ri pada tanggal 15 April 1919. (Local N Culture, Federasi Pusat Kebudayaan Korea)

Jeam-ri yang saat ini berada di Kota Hwaseong merupakan tempat di mana para pejuang kemerdekaan Korea dibantai dengan sangat kejam oleh polisi dan tentara pemerintah kolonial Jepang. Foto di atas menunjukkan monumen peringatan para pahlawan yang wafat pada Gerakan Kemerdekaan Satu Maret. Monumen ini dibangun di dekat situs Gereja Jeam yang menjadi tempat terjadinya pembantaian masyarakat sipil di Jeam-ri dan Goju-ri pada tanggal 15 April 1919. (Local N Culture, Federasi Pusat Kebudayaan Korea)



Kota Hwaseong yang terletak di Provinsi Gyeonggi menjadi tempat pembantaian kejam masyarakat sipil pada masa penjajahan Jepang. Pembantaian itu terjadi karena meluasnya gerakan kemerdekaan di Korea setelah 1 Maret 1919.

Gerakan kemerdekaan tidak dilakukan hanya satu hari aja pada tanggal 1 Maret 1919.

Gerakan tersebut terus meluas selama lebih dari setahun ke seluruh wilayah Semenanjung Korea, bahkan hingga ke daerah Krai Primorsky di Rusia.

Setelah itu, pemerintah kolonial Jepang menekan masyarakat sipil melalui polisi dan tentara mereka sehingga terjadilah pembantaian masyarakat sipil di daerah Jeam-ri dan Goju-ri.

Tentara Jepang mengumpulkan lebih dari 20 orang pria penganut agama Kristen dan Cheondogyo (salah satu agama khas Korea) di sebuah gereja yang berada di Jeam-ri pada tanggal 15 April 1919.

Setelah pintu masuk dan jendela gereja ditutup, orang-orang yang berada di dalam gereja dibunuh dengan menggunakan pistol dan pedang, lalu gereja tersebut dibakar.

Apabila ada korban yang masih hidup atau ada yang muncul di jalan, maka mereka dibunuh dengan pistol atau pedang.

Sebuah monumen peringatan dibangun di situs tempat gereja tersebut dibakar dan wilayah tersebut disebut sebagai Situs Bersejarah Gerakan Kemerdekaan Satu Maret di Jeam-ri, Hwaseong.

Di dekat tempat tersebut terdapat Balai Peringatan Sejarah Gerakan Kemerdekaan Satu Maret di Jeam-ri.

Balai tersebut ditutup hingga bulan April untuk renovasi dan pembangunan fasilitas baru, kemudian akan berganti nama menjadi Balai Peringatan Gerakan Kemerdekaan Kota Hwaseong.


scf2979@korea.kr

konten yang terkait