Penulis: Wartawan Kehormatan Hanum Nur Aprilia dari Indonesia
Foto: Hanum Nur Aprilia
Sebagai bagian dari perayaan Korean Cultural Day, Korean Cultural Center Indonesia (KCCI) mengadakan acara "Warisan Budaya Takbenda di Korea Bagian 6: Budaya Haenyeo Jeju" pada hari Rabu (25/06/2025) di kantor KCCI, Jakarta.
Kegiatan tersebut menjadi ajang pengenalan mendalam terhadap tradisi penyelam perempuan dari Pulau Jeju yang telah diakui sebagai warisan budaya takbenda oleh UNESCO sejak 2016.
Pada hari Rabu (25/06/2025), Korean Culture Day yang diadakan KCCI membahas mengenai haenyeo, salah satu Warisan Budaya Takbenda UNESCO di Korea.
Haenyeo yang secara harfiah berarti "perempuan laut," adalah sebutan bagi para penyelam wanita di Jeju yang mengumpulkan hasil laut tanpa bantuan alat pernapasan. Tradisi ini diperkirakan telah ada sejak abad ke-17.
Jejak sejarah mereka dapat ditelusuri melalui lukisan "Tamna Sullyeokdo," salah satu dari koleksi visual yang diajukan oleh Gubernur Yi Hyeong-sang (1653–1733). Lukisan tersebut menggambarkan beragam aktivitas di pulau tersebut, termasuk keberadaan haenyeo.
Seorang haenyeo memiliki pengetahuan mendalam tentang wilayah laut tempat ia menyelam, termasuk lokasi batu karang dan habitat kerang atau hasil laut lainnya. Peta mental ini terbentuk melalui pengalaman menyelam berulang selama bertahun-tahun dan diwariskan secara turun-temurun dari ibu kepada anak perempuan atau menantunya.
Dalam praktiknya, haenyeo menerapkan sistem perikanan yang ramah lingkungan dan berbasis pengetahuan lokal. Para haenyeo hanya memanen biota laut yang sudah cukup usia panen dan menghindari eksploitasi berlebihan demi menjaga kelangsungan ekosistem.
Pada acara Korean Culture Day, para peserta diajak untuk kenal lebih dalam mengenai haenyeo melalui pemaparan dan tayangan video.
Sebelum menyelam, para haenyeo berkumpul di bulteok, yaitu ruang terbuka yang dilindungi tembok batu. Di sana mereka berbagi informasi, berdiskusi soal kondisi laut, dan mempersiapkan diri dengan berganti pakaian menggunakan baju dan masker selam. Seusai menyelam, tempat ini juga menjadi ruang istirahat dan tempat menghangatkan tubuh dengan api unggun.
Salah satu ciri khas haenyeo adalah sumbisori, suara napas tersengal yang terdengar seperti siulan saat mereka muncul ke permukaan setelah menahan napas. Haenyeo dapat menahan napas selama satu hingga dua menit dengan kemampuan menyelam hingga kedalaman 10 meter.
Komunitas haenyeo terbagi dalam tiga tingkat keterampilan, yakni sanggun (penyelam mahir), junggun (penyelam menengah), dan hagun (penyelam pemula). Kemampuan ini dapat meningkat seiring bertambahnya pengalaman, tetapi dapat juga menurun seiring bertambahnya usia.
Saat ini, mayoritas haenyeo berusia 50 hingga 80 tahun, tetapi mereka masih aktif menyelam hingga 7 jam per hari dalam sekitar 90 hari kerja per tahun.
Haenyeo adalah kebanggaan Pulau Jeju dan memberikan kontribusi besar terhadap peningkatan posisi perempuan dalam masyarakat Korea.
Pemerintah Jeju terus berupaya menjaga kelestarian budaya ini di tengah jumlah haenyeo yang kian menurun. Salah satu upaya yang dilakukan adalah dengan mendirikan sekolah pelatihan bagi calon haenyeo muda dan menyediakan jaminan kesehatan rawat jalan bagi para haenyeo aktif.
Selain itu, Festival Haenyeo Jeju yang digelar setiap tahun bertepatan dengan Hari Haenyeo menjadi sarana promosi Sistem Perikanan Haenyeo yang telah diakui sebagai Warisan Pertanian Penting Global (GIAHS) oleh Organisasi Pangan dan Pertanian (FAO) Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB).
Nilai-nilai seperti keberlanjutan, solidaritas, serta harmoni dengan alam menjadi inti dari budaya haenyeo. Tradisi ini tidak hanya memperkuat ikatan sosial masyarakat Jeju, tetapi juga mencerminkan prinsip pembangunan berkelanjutan yang kini menjadi perhatian global.
KCCI juga mengadakan sesi aktivitas kerajinan tangan dengan membuat prakarya DIY pop up frame haenyeo.
Sebagai penutup acara, KCCI juga mengadakan lokakarya kerajinan tangan bertema haenyeo. Para peserta tampak antusias mengikuti kegiatan ini, dan sepuluh karya terbaik mendapatkan apresiasi berupa hadiah dari KCCI.
Haenyeo merupakan simbol budaya dan lambang nyata pemberdayaan perempuan. Melalui acara ini, KCCI menyampaikan pesan kuat tentang semangat perempuan Jeju yang bertahan hidup di laut lepas dengan keterampilan, ketekunan, dan kebersamaan.
Sepuluh orang peserta dengan karya terbaik mendapatkan hadiah berupa hiasan rumah bertema haenyeo.
margareth@korea.kr
*Artikel ini ditulis oleh Wartawan Kehormatan Korea.net. Wartawan Kehormatan merupakan komunitas masyarakat dunia yang menyukai Korea dan membagikan minat mereka terhadap Korea dalam bentuk tulisan.