CNN pada tanggal 23 Mei (waktu setempat) memperkenalkan sejarah dan prospek makgeolli dengan artikel yang berjudul 'Makgeolli: Bagaimana Alkohol Beras Korea Dapat Keluar dari Bayangan Soju'.
Oleh Lee Jihye dan Kim Seon Ah
CNN menulis artikel yang fokus pada alkohol Korea, makgeolli.
CNN melaporkannya pada tanggal 23 Mei (waktu setempat) dengan artikel berjudul 'Makgeolli: Bagaimana Alkohol Beras Korea Dapat Keluar dari Bayangan Soju.'
CNN memperkenalkan sejarah makgeolli dalam artikel ini dan mengatakan bahwa makgeolli, yang pernah dipilih masyarakat karena harganya bukan rasanya, sedang keluar dari zaman kegelapannya yang panjang.
Artikel itu mengatakan, "Salah satu rahasia popularitas makgeolli adalah resepnya yang sederhana."
Namun, selama masa kolonial Jepang, produsen minuman alkohol dengan industri standar bertumbuh, sedangkan pembuatan makgeolli tetap diproduksi secara rumahan. Dia menjelaskan bahwa pembuatan bir untuk konsumsi rumah juga harus memiliki izin dan membayar pajak, tetapi pada tahun 1934, pembuatan bir rumahan dilarang sama sekali.
Pada tahun 1960-an, ketika kekurangan pangan memburuk, masyarakat dilarang membuat alkohol dari beras, bahan utama makgeolli. Pembuat bir menjelaskan bahwa popularitas makgeolli menurun karena gandum dan jelai digunakan sebagai pengganti beras, dan soju yang dibuat dengan mengencerkan etanol menjadi populer.
"Ketika ekonomi berkembang dan pasokan beras melebihi konsumsi, beras diizinkan untuk membuat minuman keras pada tahun 1989 dan minuman rumahan dilegalkan lagi pada tahun 1995, tetapi sebagian besar tradisi telah hilang," kata CNN.
Dianalisis bahwa kebangkitan teknik pembuatan makgeolli dikaitkan dengan upaya para peneliti muda dan peran pemerintah dalam merangkul metode pembuatan minuman beralkohol tradisional sebagai warisan yang membanggakan.
Pada 2017, pemerintah secara khusus mengizinkan penjualan dan pengiriman alkohol tradisional secara daring kepada konsumen.
Artikel tersebut juga mengutip statistik dari Korea Agro-Fisheries & Food Trade Corporation yang mengatakan bahwa pada tahun 2020, pasar minuman beralkohol secara keseluruhan di Korea berkurang 1,6%, tetapi pasar makgeolli bertumbuh 52,1% karena pandemi COVID-19.
Mengutip data dari Layanan Pajak Nasional, jumlah pemegang izin pembuatan makgeolli telah meningkat sebesar 43% sejak 2009.
Kim Min-kyu, CEO merek Makgeolli Boksundoga mengatakan dalam sebuah wawancara dengan CNN, "Pengaruh budaya Korea telah menyebar ke luar Asia selama beberapa tahun terakhir, dan makgeolli diperkirakan akan mengikuti tren yang sama."
CNN melaporkan bahwa makgeolli biasa diminum dengan jeon (gorengan tepung khas Korea), dan kombinasi ini sangat populer di hari hujan. Artikel tersebut juga memperkenalkan data dari Kementerian Strategi dan Keuangan yang mengatakan bahwa banyak bahan untuk membuat makgeolli dan jeon dijual di toko 24 jam pada hari-hari hujan.
jihlee08@korea.kr