Opini

2023.04.11

Hidden Charms of Korea_sool

류인수소장_01


Penulis: Ryoo Insu

Direktur Korean Liquor Research Lab


Saat ini pasar minuman beralkohol dunia sedang berubah dengan cepat. Salah satu faktor umumnya adalah semakin banyak masyarakat yang memilih untuk meminum minuman beralkohol di rumah atau minum sendirian di restoran. Faktor lainnya adalah peningkatan transaksi pembelian daring dan berkembangnya tempat pembuatan minuman beralkohol skala kecil yang menghasilkan minuman beralkohol yang unik.

Awal dari berbagai perubahan ini adalah budaya konsumen saat menikmati minuman beralkohol Korea (sool) yang mulai berubah perlahan. Akan tetapi, Pandemi Covid-19 membuat perubahan tersebut berjalan lebih cepat. Semakin banyaknya masyarakat yang menikmati minuman beralkohol di rumah membuat perubahan pasar minuman beralkohol pun semakin besar.

Pandemi Covid-19 membuat industri kuliner restoran melemah. Masyarakat mulai beralih untuk meminum minuman beralkohol sendirian di rumah daripada bertemu satu sama lain untuk menikmati minuman beralkohol. Perubahan ini membuat masyarakat tidak lagi mencari minuman yang murah dan mudah untuk ditemui, tetapi mencari minuman yang baru, unik, dan berbeda. Minuman seperti ini sulit ditemukan di mini market atau supermarket besar. Masyarakat mencari minuman tersebut di toko daring sehingga transaksi di toko daring pun mulai meningkat.

Penjualan minuman beralkohol daring juga sangat berubah. Sebelumnya, minuman beralkohol dijual di tempat yang mudah dijangkau oleh masyarakat umum. Akan tetapi, saat ini berbagai macam sool bisa dibeli secara daring. Hal ini menunjukkan bahwa apabila seseorang bisa membuat sebuah minuman beralkohol yang unik, maka minuman itu bisa dijual dengan mudah. Perubahan ini juga yang membuat tempat pembuatan minuman beralkohol skala kecil bisa mendistribusikan produknya dengan mudah.

Perubahan yang terlihat di berbagai negara di dunia ini pun terlihat juga di Korea. Berdasarkan "Laporan Tren Pasar Minuman Beralkohol Korea Tahun 2021," pasar minuman beralkohol tradisional Korea untuk konsumsi rumahan meningkat dari 43,8% pada tahun 2018 menjadi 59,9% pada tahun 2021. Angka ini meningkat 16,1% dalam tiga tahun.

Akan tetapi, persentase konsumsi rumahan untuk minuman beralkohol tradisional Korea menurun dari 45,5% pada tahun 2018 menjadi 32,9% pada tahun 2021. Konsumen mulai mencari minuman beralkohol tradisional di internet yang tidak dijual di mini market atau supermarket besar.

Jumlah wanita yang berprofesi menjadi pembuat minuman beralkohol tradisional Korea juga meningkat. Sebelumnya, tempat pembuatan minuman beralkohol biasanya dijalankan oleh pria dan yang membuat minuman pun adalah pria. Perubahan ini dipengaruhi oleh konsumsi minuman beralkohol oleh wanita.

Menurut Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Korea, jumlah persentase wanita yang mengonsumsi minuman beralkohol meningkat dari 43,3% pada tahun 2010 menjadi 51,2% pada tahun 2018. Di sisi lain, persentase tersebut menurun pada laki-laki, dari 77,8% pada tahun 2010 menjadi 70,5% pada tahun 2018. Jumlah peminum wanita meningkat, sedangkan jumlah peminum pria menurun. Hal ini juga yang membuat para wanita mulai berkarir sebagai pembuat minuman beralkohol. Oleh karena itu, jenis minuman beralkohol pun semakin bervariasi.

Perubahan-perubahan seperti ini juga membuat sudut pandang masyarakat terhadap minuman beralkohol tradisional Korea menjadi berbeda. Pada masa lalu, minuman beralkohol tradisional disebut sebagai minuman beralkohol yang hanya diminum oleh lansia. Akan tetapi, saat ini minuman beralkohol tradisional menjadi minuman yang populer di kalangan generasi milenial dan Z di Korea.

Para konsumen ingin menjadi yang tercepat dalam mendapatkan minuman beralkohol tradisional varian baru. Mereka tertarik untuk menulis posting di media sosial setelah membeli dan mencoba minuman beralkohol tradisional. Ini adalah alasan peningkatan penjualan sool di Korea yang membuat pasar minuman beralkohol menjadi hidup.

Saat ini, minuman beralkohol Korea dibuat melalui hasil pertanian khas daerah setempat di mana minuman tersebut diproduksi. Misalnya, minuman bisa diproduksi melalui bunga atau buah yang diproduksi dengan kualitas terbaik di suatu tempat, sehingga minuman beralkohol yang diproduksi di daerah tersebut menjadi minuman khas daerah tersebut. Hal ini yang menyebabkan minuman beralkohol khas suatu daerah menjadi memiliki image sebagai minuman premium.

Gaya beli konsumen pun berubah. Konsumen yang tadinya memilih untuk minum minuman beralkohol yang murah, sekarang memilih minuman beralkohol yang memiliki 'makna' walaupun berharga mahal. Inilah yang membuat pasar premium terbuka semakin lebar.

Saat ini, tren penjualan sake di Jepang dan wine di Prancis juga sudah mulai berubah. Masyarakat yang tadinya lebih memilih minuman yang murah, sekarang mulai beralih ke sake dan wine premium. Pasar minuman Korea Selatan juga sama. Angka penjualan minuman beralkohol stagnan atau menurun, akan tetapi minuman beralkohol premium yang diproduksi di daerah mengalami peningkatan penjualan. Masyarakat lebih memilih untuk meminum takju (minuman beralkohol kental), yakju (minuman beralkohol herbal), atau soju premium.

Tren tersebut dipengaruhi oleh pendapatan pribadi dan budaya minum minuman beralkohol di Korea. Angka rata-rata konsumsi minuman beralkohol per orang di Korea tidak berubah selama 30 tahun terakhir, yaitu 8,5 liter per tahun. Akan tetapi, pendapatan masyarakat Korea terus meningkat setap tahunnya. Angka konsumsi tetap sama, tetapi pendapatan masyarakat terus meningkat. Ini yang membuat masyarakat beralih ke minuman premium karena merasa minuman premium memiliki makna yang dalam dibanding minuman-minuman beralkohol murah.

Tradisi bukanlah bagian dari masa lalu, melainkan bagian dari masa depan. Manusia bukan berarti tinggal di masa lalu, tetapi maju ke depan. Minuman beralkohol tradisional Korea berubah dari sebuah stereotipe menjadi minuman yang disukai oleh kalangan muda di Korea.

Minuman beralkohol yang tadinya adalah minuman dengan pekerjaan yang berat, berubah menjadi industri fermentasi yang menggunakan tekonologi IT termutakhir. Ada berbagai tempat pembuatan minuman tradisional yang berskala kecil tetapi memiliki laboratorium untuk menjaga agar kualitas minumannya tetap tinggi.

Minuman beralkohol tradisional Korea yang tadinya hanya dijual sebagai hadiah hari raya, saat ini bisa dengan muda ditemukan di internet dan media sosial. Akhir-akhir ini, beberapa selebriti terkenal tertarik untuk membuat minuman beralkohol tradisional Korea sehingga generasi muda semakin mengenal minuman beralkohol tradisional Korea.

Meningkatnya jumlah konsumen yang meminum minuman beralkohol di rumah juga membuat peningkatan penjualan produk dari tempat-tempat pembuatan minuman beralkohol berskala kecil. Hal ini juga menyebabkan minuman yang diproduksi semakin bervariasi dan semakin mendorong industri minuman beralkohol nasional.

Bahkan saat ini kita perlu melihat adanya pasar super premium yang menjual minuman lebih mahal dari minuman beralkohol premium. Sebelumnya, kita hanya bisa melihat makgeolli yang dijual dengan harga 1.000-2.000 won per botol di supermarket. Akan tetapi sekarang kita bsia melihat makgeolli super premium yang dijual dengan harga 190.000 won. Pergeseran tempat minum dan peningkatan jumlah peminum wanita menyebabkan berkembangnya produk-produk yang lebih bervariasi, memiliki volume yang lebih sedikit, dan memiliki kadar alkohol yang lebih sedikit.

Ke depannya, tren minuman beralkohol Korea akan berubah dari minuman yang diproduksi massal menjadi minuman yang diproduksi dengan skala rumahan. Konsumen juga akan lebih memilih produk berharga mahal di pasar premium karena menilai bahwa produk tersebut berkualitas tinggi. Produsen harus berpikir untuk membuat paket minuman yang berbeda dengan minuman yang ada saat ini. Alasannya adalah karena para konsumen lebih ingin meminum sesuatu yang baru dibanding minuman yang sudah biasa mereka minum.

Produsen juga harus menggunakan membuka acara luring kepada konsumen untuk mencicipi produk mereka dan berkomunikasi langsung kepada konsumen untuk mempromosikan kualitas produk mereka. Kemudian, mereka juga harus banyak menginvestasikan waktu mereka dalam media sosial.

Saat ini, minuman beralkohol tradisional Korea lebih banyak dijual secara daring dibanding luring, sehingga para produsen harus meningkatkan jaringan penjualan daring mereka. Mereka juga harus membuat layanan berlangganan kepada para konsumen. Melalui hal tersebut, maka kualitas dan jumlah penjualan minuman beralkohol akan meningkat serta mendorong ekspor minuman beralkohol Korea.

우리술의오늘과내일_일러



Ryoo Insu telah memimpin Korean Liquor Research Lab sejak tahun 2010. Ia juga beraktivitas sebagai juri dalam berbagai kompetisi minuman beralkohol tradisional.


Ilustrator: Kang Sujung


konten yang terkait